Minggu, 14 Oktober 2012

Perceraian Mengganggu Kesehatan



Perceraian rumah tangga dengan segala alasannya, hanya akan meruntuhkan masa depan anak-anak. Perceraian tidak hanya menghancurkan hati dan pikiran, tetapi juga fisik. Setiap orang yang terlibat dalam perceraian, cepat atau lambat, akan menderita.

Ada beberapa gangguan fisik yang acap mengintai pasangan yang bercerai. Dimulai dari menurunnya sistem kekebalan tubuh, perceraian mengundang stress yang berdampak besar pada kesehatan. Pasangan yang bercerai amat mungkin mengalami gangguan kekebalan tubuh sehingga berisiko lebih mudah tertular penyakit. 

Pasangan yang bercerai juga rentan terhadap sindrom metabolik. Ini adalah kombinasi mematikan dari peningkatan tekanan darah, gula darah dan lemak disekitar perut hingga pinggang. Menurut seorang peneliti dari Emory University, Atlanta, AS, orang yang mengalami depresi memiliki kecenderungan terserang sindrom metabolik. Perceraian , kata peneliti tersebut, menjadi faktor berisiko tinggi yang menyebabkan depresi, terutama pada perempuan.

Pelaku perceraian juga mudah terserang insomnia. Para ahli kesehatan menggambarkan hal itu sebagai "insomnia sekunder" sebab terkait dengan suatu peristiwa dalam bagian tertentu sebuah kehidupan. Jika tak ditangani secara serius, gangguan ini dapat menjadi masalah jangka panjang. Bila Anda mengalami insomnia dengan alasan apapun, segera konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan rencana pengobatan terbaik.

Para peneliti di University of Chicago menemukan sebanyak 23% pelaku perceraian amat mungkin mengalami gangguan mobilitas, seperti kesulitan naik tangga atau berjalan jarak pendek. Sebuah penjelasan yang masuk akal adalah munculnya kecemasan pada orang yang bercerai ditambah dengan kurang tidur yang kemudian membuat tubuh lemas dan tidak termotivasi.

Penelitian juga mendapatkan bukti bahwa perceraian meningkatkan risiko penyakit jantung hingga 20%. Meski kedua belah pihak yang bercerai memiliki peningkatan risiko sakit jantung. Peneliti dari University of Utah, AS, mengatakan, jelas terlihat hubungan antara stress dan kesehatan jantung lebih kuat pada pihak perempuan.


Sumber : harian Kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar