Gangguan seksual bisa dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :
1. Gangguan Identitas Jenis
Merupakan ketidaksesuaian antara alat kelamin dengan identitas jenis yang terdapat pada diri seseorang.
Identitas jenis yang menyimpang ini dinyatakan dalam perbuatan ( cara berpakaian, anak laki-laki suka main boneka, anak perempuan suka main sepak bola, ucapan, maupun objek seksualnya ).
2. Parafilia ( Deviasi
Seksual )
Parafilia ( Paraphilia ) diambil dari bahasa Yunani, ”Para” yang artinya pada sisi lain, dan ”philos” artinya mencintai.
Pada Parafilia, menunjukkan keterangsangan seksual ( mencintai ) sebagai respon terhadap stimulus yang tidak biasa. Parafilia melibatkan dorongan dan fantasi seksual yang berulang dan kuat yang bertahan selama 6 bulan atau lebih yang berpusat pada :
· Objek bukan manusia
seperti pakaian dalam, sepatu, kulit atau sutra
· Perasaan merendahkan
atau menyakiti diri sendiri atau pasangannya, atau
· Anak-anak dan orang
lain yang tidak dapat atau tidak mampu memberikan persetujuan
Jenis-jenis parafilia antara lain :
a. Eksibisionisme ( Exibitionism
)
Melibatkan dorongan kuat dan
berulang untuk mendapatkan kepuasan seksual dengan memamerkan alat kelaminnya
pada orang yang tidak dikenal yang tidak menduganya.
b. Fetishisme
Dorongan seksual yang kuat dan berulang serta membangkitkan fantasi yang melibatkan objek tidak hidup, seperti bagian tertentu dari pakaian ( stoking, sepatu boot, sarung tangan, perlengkapan toilet, celana dalam)
Dorongan seksual yang kuat dan berulang serta membangkitkan fantasi yang melibatkan objek tidak hidup, seperti bagian tertentu dari pakaian ( stoking, sepatu boot, sarung tangan, perlengkapan toilet, celana dalam)
c. Fetishisme Transvestik
( Transvestisme )
Ciri utama dari fetishisme
transvestik adalah dorongan yang kuat dan berulang serta fantasi yang
menggunakan pakaian lawan jenis dengan tujuan untuk mendapatkan rangsangan
seksual.
d. Voyeurisme
Mengintip orang telanjang, membuka pakaian atau melakukan aktivitas seksual tanpa sepengetahuannya dan tidak ada upaya lebih lanjut untuk melakukan aktivitas seksual dengan orang yang diintip.
Mengintip orang telanjang, membuka pakaian atau melakukan aktivitas seksual tanpa sepengetahuannya dan tidak ada upaya lebih lanjut untuk melakukan aktivitas seksual dengan orang yang diintip.
e. Pedofilia ( Pedophilia
)
Dorongan seksual yang kuat dan
berulang serta adanya fantasi yang melibatkan aktivitas seksual dengan anak pra-pubertas.
f. Masokisme Seksual
Mendapatkan kegairahan seksual
melalui cara dihina, dipukul atau dicambuk serta penderitaan lainnya.
g. Sadisme Seksual
Mencapai kepuasan seksual
dengan cara menimbulkan rasa sakit atau penderitaan psikologis (seperti mempermalukan ) atau fisik yang bisa
berakibat cedera ringan sampai kematian.
Bentuk
Parafilia lainnya seperti:
a. Bicara kotor di
telefon ( skatolagia telpon )
b. Nekrofilia ( dorongan
seksual atau fantasi yang melibatkan kontak seksual dengan mayat )
c. Zoofilia ( dorongan
seksual atau fantasi yang melibatkan kontak seksual dengan binatang )
d. Rangsangan seksual
yang terkait dengan kotoran manusia ( koprofilia ), dengan air seni ( urofilia )
3. Disfungsi Psikoseksual
Ganqquan utama dari
disfungsi psikoseksual adalah terdapatnya hambatan pada selera ( minat )
seksual, yaitu :
a. Hambatan selera
seksual
Sukar atau tidak bisa timbul
minat seksual sama sekali secara menetap dan meresap.
b. Hambatan Gairah
seksual
Pada laki-laki, gagal sebagian
atau seluruhnya untuk mencapai atau mempertahankan ereksi sampai akhir
aktivitas seksual ( impotensia ). Sedang pada perempuan, gagal sebagian atau
seluruhnya untuk mencapai atau mempertahankan pelumasan dan pembengkakan vagina
sampai akhir dari aktivitas seksual ( frigiditas )
c. Hambatan Orgasme
Wanita
d. Hambatan Orgasme Pria
e. Ejakulasi Prematur
Secara berulang-ulang dan
menetap terjadi ejakulasi sebelum dikehendaki karena tidak adanya pengendalian
yang wajar terhadap ejakulasi selama aktivitas seksual.
f. Dispareunia Fungsional
Rasa nyeri yang berulang dan
menetap pada alat kelamin sewaktu sanggama, baik pria maupun wanita.
g. Vaginisme Fungsional
Ketegangan otot vagina yang
tidak terkendali sehingga menghalangi sanggama.
h. Disfungsi Psikoseksual
Tidak Khas
i. Disfungsi psikoseksual
lain yang tidak tergolong di atas, misalnya anestesia ( mati rasa ) pada alat
kelamin walaupun terjadi kegairahan seksual dan orgasme.
4. Gangguan Psikoseksual
lainnya
Homoseksual ini tidak
diketahui mengapa bisa terjadi. Ada sebagian orang menerima keadaan dirinya dan
hidup dengan senang, ada sebagian yang tidak bisa menerima keadaan dirinya atau
merasa dirinya tidak sesuai dengan norma-norma dalam masyarakat, sehingga
terjadi konflik. Konflik batin antara kecenderungan untuk menekan dorongan
seksual dan keinginan untuk menyalurkannya dengan resiko ditolak masyarakat. Konflik
ini bukan disebabkan oleh homoseksualitas itu sendiri, tapi oleh sikap negatif
masyarakat yang tidak semestinya, sehingga yang harus diubah adalah sikap
masyarakat melalui penerangan dan pendidikan.
Poin 1 itu salah kaprah, yang lainnya oke lah...
BalasHapus