Kecerdasan yang sifatnya intelektual (IQ) adalah
sebuah “warisan” orang tua pada anak, sementara kecerdasan emosi (EQ)
adalah proses pembelajaran yang berlangsung seumur hidup. Kecerdasan
emosi bisa dipelajari dan dilatih. Memang ada temperamen khusus yang
dibawa seorang anak sejak ia dilahirkan, tetapi pola asuh orang tua dan
pengaruh lingkungan akan membentuk cetakan emosi seorang anak yang akan
berpengaruh besar pada perilakunya sehari-hari.
Kecerdasan emosi adalah kemampuan mengenali
perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri
sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri
dan dalam hubungannya dengan orang lain. Kecerdasan emosional bukan
didasarkan pada kepintaran seorang anak, melainkan pada sesuatu yang
dahulu disebut dengan karakteristik pribadi atau “ karakter “.
Anak adalah sosok individu yang menjalani proses perkembangan yang pesat bagi kehidupan selanjutnya. Anak memiliki dunianya sendiri yang khas, yang berbeda dengan dunia orang dewasa dimana mereka menumbuh kembangkan kualitas kepribadian dan kecerdasan emosional serta keterampilan hidup yang sangat penting kelak ketika mereka dewasa.
Masa kanak-kanak sering juga disebut masa-masa
keemasan atau masa pembentukan kecerdasan emosi. Pada masa inilah orang
tua harus bisa memanfaatkan dengan optimal, dimana pada masa ini mereka
akan belajar nilai-nilai, belajar dari orang-orang terdekat di sekitar
mereka dan pada masa ini anak sangat peka di dalam mendapatkan rangsangan-rangsangan baik yang berkaitan dengan fisik motorik, intelektual, sosial, bahasa maupun emosional.
Satu bagian dari tahap perkembangan anak adalah
perkembangan kederdasan emosi. Anak dapat melipatgandakan kecerdasan
emosinya melalui latihan-latihan. Salah satu bentuk latihan untuk
meningkatkan kecerdasan emosi anak adalah melalui interaksi antara orang
tua dengan anak dalam bentuk pengasuhan. Anak yang mendapatkan banyak
stimulasi positif dari lingkungannya, akan tumbuh menjadi anak yang
mempunyai kecerdasan emosi yang baik. Dengan begitu maka sikap dan
perilaku anak akan berkembang dengan baik menuju kearah perkembangan
yang positif.
Kesempatan pertama bagi anak untuk mengenal
dunianya adalah dalam keluarga. Oleh karena itu orang tua harus bisa
memberikan dasar yang baik kepada anak-anaknya agar anak bisa berkembang
dengan optimal. Sementara itu, teladan ayah dan ibu di rumah menjadi
pelajaran yang berharga bagi anak. Dari merekalah anak dapat
melipatgandakan kecerdasan emosinya.
Selain di sekolah, di rumahpun senantiasa menjadi
peristiwa yang merupakan proses pembentukan kecerdasan emosi ketika anak
harus berbagi dengan saudaranya, baik perhatian orang tua, kasih sayang
dengan orang-orang terdekat, juga berbagi pujian dari saudara-saudara
lain. Perselisihan antar saudara hampir setiap hari terjadi, sehingga
setiap anak memiliki naluri untuk selalu berusaha menjadi nomor satu.
Sementara yang lain harus belajar menerima kekalahan, belajar membuang
keputusasaan dan bangkit dari kegagalan.
Setiap detik dalam kehidupan anak sarat dengan
perkembangan. Bagaimana mereka belajar bertanggung jawab terhadap
tugas-tugas ringan yang dibebankan, belajar saling berbagi dengan
saudara-saudara mereka dan juga teman sebaya, belajar mengakui kesalahan dan meminta maaf.
Usia pra-sekolah ( 0-5 tahun ) merupakan saat yang
tepat bagi anak untuk tumbuh mencapai puncak kemampuan mereka.
Kecerdasan emosi dapat dilihat atau dikembangkan sejak usia dini. Dan
kecerdasan emosi akan semakin matang terbentuk ketika mereka duduk di
bangku TK, yaitu usia 4 – 6 tahun. Pada masa itulah saatnya mereka
belajar berkomunikasi dan bergaul dengan teman-teman dan lingkungan.
Sementara itu sikap dan perilaku orang tua di rumah
menjadi teladan paling berharga bagi anak. Sangat mustahil bagi orang
tua memiliki anak berkepribadian kuat jika orang tuanya tidak memiliki
kecerdasan emosi yang kuat pula. Untuk melatih kecerdasan emosi anak,
kuncinya ada pada orang tua. Keluarga merupakan sekolah yang pertama
untuk mempelajari emosi.
Cara orang tua dalam mengembangkan emosi anak adalah:
1. Mengembangkan empati anak
2, Mengembangkan kejujuran dan integritas anak
3. Menanamkan sikap kerja sama
4. Melatih keberanian
5. Melatih kemandirian dan percaya diri
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua dalam mengembangkan kecerdasan emosi anak, yaitu :
1. Agar anak mengerti perbedaan antara baik dan buruk.
2. Agar anak mengembangkan sikap peduli.
3. Agar anak dapat merasakan reaksi emosi negative, misalnya : rasa malu, rasa bersalah, rasa takut.
4. Untuk membentuk perkembangan moral anak, misalnya: empati.
5. Membuat peraturan yg jelas dan konsisten.
6. Mencatat perbuatan baik yang dilakukan anggota keluarga setiap hari.
7. Melatih kejujuran.
8. Interaksi orang tua dan anak
5. Membuat peraturan yg jelas dan konsisten.
6. Mencatat perbuatan baik yang dilakukan anggota keluarga setiap hari.
7. Melatih kejujuran.
8. Interaksi orang tua dan anak
Sumber :
~ Bambang Sujiono, Yuliani Nurani, 2001, Mencerdaskan Perilaku Anak Usia Dini, Jakarta
~ Subyantoro (Goleman, 1999), Emotional Intelligence.
~ Bambang Sujiono, Yuliani Nurani, 2001, Mencerdaskan Perilaku Anak Usia Dini, Jakarta
~ Subyantoro (Goleman, 1999), Emotional Intelligence.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar