Rabu, 11 Januari 2012

Kesulitan Belajar

Anak adalah individu yang memiliki keunikan masing-masing. Kita tidak bisa memberikan treatment yang sama terhadap setiap anak, bahkan terhadap anak sendiri. Jika kita punya anak lebih dari satu pun pasti akan berbeda, meski memang ada beberapa sifat atau watak yang sama. 
Demikian juga dalam hal daya tangkap anak terhadap materi pelajaran di sekolah. Ada anak yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan. Namun, ada pula anak yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan.

Kesulitan belajar dapat ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis yang dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya. 

Ada beberapa jenis kesulitan belajar, diantaranya :
  1. Learning disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak diragukan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya.
  2. Learning disfunction adalah gejala dimana proses belajar yang dilakukan tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya anak tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya.
  3. Underachiever adalah anak yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah, karena daya saingnya rendah.
  4. Slow learner atau lambat belajar adalah anak yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan anak lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
  5. Learning disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana anak tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
Anak yang mengalami kesulitan belajar seperti tergolong dalam pengertian di atas akan tampak dari berbagai gejala.
Ada juga kesulitan lain yang dialami oleh anak di dalam memberikan pendapat atau tanggapan. Ada kalanya anak memang mengalami kesulitan dalam menggunakan kemampuan bahasa ekspresif.
Bahasa ekspresif terkait dengan bagaimana seseorang dapat mengutarakan hasil pemikiran lewat komunikasi dengan orang lain. Tidak sedikit yang mengalami kesulitan dalam memberikan tanggapan atau mengekspresikan pendapat kepada orang lain.
Menurut Boyles dan Contadino, anak yang mengalami kesulitan dalam mengekspresikan pendapat dapat dikarenakan beberapa faktor, seperti:
  • Malu, menarik diri, dan punya masalah dalam berinteraksi sosial
  • Menunda jawaban
  • Mengalami kesulitan mengolah kata yang tepat
  • Pemikiran yang ruwet dan tidak tertata mengakibatkan sulit dipahami
  • Melewatkan beberapa pemahaman yang diberikan orang lain
Strategi pengajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi hal ini dijelaskan oleh John W. Santrok dalam bukunya Educational Psychology, yaitu:
  • Memberi anak kesempatan untuk merespon dalam waktu yang cukup
  • Anak mungkin merasa kesulitan mengutarakan pendapat secara lisan, maka kita dapat mengatasi dengan meminta mereka menuliskannya di atas kertas
  • Memberi anak clue atau bantuan kata agar anak lebih mudah dalam mengolah diksi yang tepat
  • Memberi anak kesempatan untuk tahu pertanyaan yang akan diajukan agar dapat mempersiapkan diri untuk menjawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar