Di dalam kehidupan berumah
tangga, tidak ada orang yang ingin bercerai. Semua pasti mengharapkan
perkawinannya langgeng dan bahagia. Tapi, banyak perceraian yang memang tidak
dapat dihindari lagi. Keputusan untuk bercerai pasti melalui pertimbangan yang
amat banyak. Bagi sebagian orang, mungkin perceraian menjadi cara yang tepat
walaupun mereka tidak menyukainya.
Perceraian merupakan solusi yang mudah
Faktanya, perceraian bukanlah
solusi yang mudah dilakukan. Dibutuhkan keberanian yang besar dalam memutuskan
tali pernikahan. Mereka memilih meninggalkan kondisi pernikahan yang tengah
memburuk dari pada mempertahankan. Pikirkan kembali seandainya Anda akan
mengambil keputusan untuk bercerai, sebab perceraian tidaklah semudah membalikkan
telapak tangan.
Masyarakat memiliki pandangan yang buruk terhadap
perceraian
Budaya kita memang menganggap
perceraian adalah sebuah aib. Sebenarnya, kegagalan dalam pernikahan bukanlah
sebuah aib, bila memang dapat membahagiakan kedua belah pihak di kehidupan yang
baru. Perceraian bukanlah sebuah penyakit yang harus dihindari bila memang Anda
tidak bahagia dengan ikatan tersebut.
Salah satu pihak merupakan penyebab perceraian
Perceraian bukanlah sebuah
alasan yang diakibatkan oleh salah satu pihak saja. Segala keputusan dalamperceraian adalah keputusan kedua belah pihak, sehingga akhirnya memilih untukmengakhiri hubungan pernikahan.
Setelah bercerai, semua masalah selesai
Faktanya, setelah perceraian
masalah tidak begitu saja selesai. Ada banyak masalah yang akan dihadapi kemudian.
Pertengkaran mungkin telah selesai, namun akan timbul masalah lain yang masih
menyangkut kedua belah pihak.
Anak-anak akan baik-baik saja setelah bercerai
Faktanya, anak korban
perceraian tidak dalam kondisi yang baik-baik saja. Ini adalah masalah yang bisa
diabaikan. Tidak semua anak memahami ketidakcocokan antara ayah dan ibu mereka.
Banyak anak yang mengalami trauma dan akan mempengaruhi perkembangan mental
mereka.
Ada banyak masalah yang
dihadapi oleh orang-orang yang bercerai, baik pihak wanita maupun pria. Hurlock
merangkum beberapa masalah yang timbul, seperti di bawah ini:
Masalah ekonomi
Setelah perceraian, suami
maupun istri akan mengalami pengurangan pemasukan, karena penghasilan suami
kini harus menafkahi dua rumah tangga ( jika si suami sudah menikah lagi ). Tidak
jarang juga, para wanita yang bercerai harus mencari pekerjaan untuk menyokong
tunjangan yang mungkin diberikan suami, dan untuk memenuhi biaya hidup
anak-anaknya.
Masalah praktis
Walaupun sebelum terjadi
perceraian suami hanya membantu beberapa tugas rumah tangga, kini istri harus
bertanggung jawab sendiri tidak hanya terhadap semua pekerjaan rumah tangga,
tapi juga pekerjaan yang biasa dilakukan oleh kaum pria.
Masalah psikologis
Setelah perceraian, baik pihak
wanita maupun pria, cenderung memiliki perasaan tak menentu dan kehilangan
identitas. Masalah-masalah ini lebih banyak terjadi pada wanita, yang tadinya
mengasosiasikan identitasnya dengan identitas suaminya.
Masalah emosional
Pada banyak wanita,
perasaan-perasaan seperti rasa bersalah, rasa malu, kebencian dan dendam, kemarahan,
serta kecemasan terhadap masa depan biasanya menjadi sangat dominan dalam diri
mereka, bahkan dapat mengubah kepribadiannya.
Masalah sosial
Wanita yang bercerai biasanya
merasa ditinggalkan, dan menjadi ”terkunci” dalam dunia bersama anak-anak mereka.
Kehidupan sosial mereka hanya terbatas pada aktivitas bersama kerabat dan
teman-teman dari jenis kelamin yang sama.
Masalah karena kesepian
Ketika telah terbiasa berada
dalam companionship ( persahabatan ) dengan pasangan, wanita (dan pria) yang bercerai
akan merasa kesepian ketika mereka kehilangan companionship dari seseorang yang
memiliki nilai-nilai dan ketertarikan yang sama.
Masalah karena pembagian hak pengasuhan anak
Ketika hak pengasuhan anak
dibagi kepada kedua orang tua setelah bercerai, masing-masing orang tua yang
bercerai akan mengalami kesulitan dalam penyesuaian, baik terhadap diri mereka
sendiri maupun anak-anak. Masalah terjadi ketika misalnya, anak tidak patuh
pada satu orang tua, setelah ia berada bersama orang tua yang lain.
Masalah seksual
Setelah bercerai, kedua belah
pihak akan merasa kekurangan aktivitas seksual yang biasa dilakukan, kecuali
mereka menikah lagi segera setelah bercerai. Wanita yang memiliki anak biasanya
akan kesulitan untuk memikirkan alternatif ini, sehingga interval waktu setelah
bercerai dan menikah kembali (remarried) cenderung lebih panjang pada wanita
daripada pria.
Masalah-masalah perubahan konsep diri
Tanpa memperhatikan pihak mana
yang menimbulkan masalah yang mengakibatkan perceraian, kedua belah pihak
biasanya akan merasakan kegagalan dalam pernikahan, merasakan benci atau dendam
terhadap satu sama lain. Perasaan-perasaan ini, tanpa bisa dihindari, akan
mewarnai konsep diri mereka yang mengarah kepada perubahan kepribadian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar