Mendisiplinkan anak perlu dilakukan sejak dini, ketika anak sudah
mulai bisa merespon rangsang yang kita berikan. Hal ini terkait dengan
masalah kebiasaan, yang lama kelamaan akan menjadi habit bagi si anak.
Hal-hal yang perlu diterapkan dalam usaha mendisiplinkan anak :
- Mulailah dari hal-hal yang kecil dulu, kemudian secara bertahap ke tingkat selanjutnya.
- Awal dari disiplin adalah komunikasi yang baik dan sederhana.
- Konsisten pada aturan disiplin yang telah dibuat.
- Konsisten antara ayah-ibu supaya tidak menimbulkan kebingungan pada anak. Buatlah kesepakatan tentang peraturan yang harus dijalankan di rumah.
- Terapkan pemberian reward dan punishment ( hukuman ).
- Pemberian perintah dan aturan yang disertai dengan penjelasan mengapa harus begini, mengapa harus begitu.
- Mendampingi anak mengerjakan apa yang diperintahkan untuk menciptakan suasana yang menyenangkan, misalnya pada saat anak disuruh membereskan mainannya.
- Teknik disiplin yang digunakan, sebaiknya memakai dialog yang penuh kasih sayang dan kehangatan.
- Bahasa yang digunakan sebaiknya yang sederhana saja, apalagi si anak masih tergolong balita. Gunakan juga bahasa anak ( berdasarkan pada pola pikir animisme anak ) . Dengan demikian si anak akan lebih bisa menerimanya.
- Aturan disiplin dibuat sedemikian rupa sehingga bahaya dari luar / sisi negatifnya bisa diminimalkan.
- Perhatikan usia anak. Aturan disiplin akan berbeda-beda pada tiap tingkatan tahap perkembangan. Bila masih kecil ( 1-2 tahun ), kesabaran sangatlah mutlak karena mereka cenderung egosentris.
- Hormati perasaan anak dan hargai juga waktunya.
- Berikan pilihan / alternatif.
- Kerahasiaan aturan disiplin supaya tidak menjatuhkan harga diri si anak.
- Peringatkan lebih awal tentang apa-apa yang harus dilakukannya supaya ia bisa bersiap-siap untuk aturan tersebut.
- Berikan perintah dengan tegas dan lebih spesifik.
- Tekankan pada hal-hal positif.
- Ketidaksetujuan baiknya ditujukan pada perilaku si anak, bukan si anak itu sendiri.
- Berikan contoh / teladan yang baik karena anak-anak bisa meniru perilaku orang tuanya. Dengan demikian, oang tua bukan hanya sebagai penegak aturan tetapi juga pelaksana aturan.
- Sertakan rasa humor.
Hal-hal yang harus dihindari dalam usaha mendisiplinkan anak :
- Terlalu sering memberi ancaman ( lebih-lebih pada anak yang pandai ) karena ia malah akan balik menantang.
- Mendisiplinkan anak dalam keadaan emosi.
- Aturan disiplin yang memaksa, otoriter, keras dan sangat ketat.
- Selalu mengatakan, “Aku ingin …” ( bagi orang tua ).
- Orang tua itu sendiri tidak disiplin, sehingga si anak pun menirunya.
Aturan-aturan yang penting saat memberikan reward kepada anak :
- Hadiah diberikan dengan tujuan tertentu, sebagai dorongan pada anak untuk tetap mempertahankan tingkah laku atau prestasinya yang baik.
- Bila tujuannya ingin mengubah tingkah laku anak sebaiknya jangan memberikan hadiah barang, kecuali untuk pertama kali dalam jangka waktu yang panjang, misalnya saat anak masuk sekolah, belikan tas atau buku.
- Bila anak sudah terlanjur menyukai hadiah barang, ubahlah dengan sikap yang sabar, ulet, dan konsisten. Perubahan ke hadiah non-barang pun harus dilakukan secara bertahap dan jangan memaksa.
- Kekompakan antara ayah dan ibu dalam memberikan reward.
- Bila akan memberikan hadiah non-barang, lakukan dengan sungguh-sungguh, dalam arti ungkapan kasih sayang, seperti pelukan atau ciuman diberi dengan tulus.
- Konsisten dalam memberi hadiah non-barang.
- Hadiah non-barang harus proporsional, efisien, dan tepat waktu.
- Adakan evaluasi seusai hadiah diberikan, apakah ada penguatan perilaku pada anak.
- Reward jangan diberikan secara berlebih-lebihan.
- Reward baiknya berujung pada reinforcement positif.
Aturan-aturan yang penting saat memberikan hukuman kepada anak :
- Jangan berikan pada anak yang masih tergolong balita karena mereka belum mengerti alasan mengapa mereka dihukum, akibatnya mereka bisa menjadi frustasi.
- Hukuman harus bersifat mendidik.
- Informasikan terlebih dahulu akan adanya sanksi tertentu dari perilakunya yang tidak menyenangkan orang tuanya.
- Adakan evaluasi seusai hukuman yang diberikan, apakah ada perubahan kesadaran dalam diri si anak.
- Jangan lakukan hukuman di bawah pengaruh emosi yang tak terkontrol.
- Hindarkan hukuman fisik.
- Berikan hukuman dengan tegas. Bila anak merengek jangan langsung lemah hati dan nyerah.
- Perhatikan korelasi antara hukuman dengan perilaku.
- Hukuman badan hanyalah dipandang sebagai jalan terakhir.
Beberapa fakta mengapa hadiah barang bisa menjadi tidak efektif :
- Anak menjadi materialistis.
- Anak menjadi konsumtif.
- Orang tua bisa tekor.
- Anak bersikap baik bukan karena kesadaran diri, tetapi karena keinginan untuk mendapatkan barang tersebut.
Beberapa fakta mengapa hukuman badan bisa menjadi tidak efektif :
- Anak menjadi frustasi.
- Anak bisa menjadi resisten (kebal) terhadap hukuman tersebut.
- Anak cenderung membiarkan dirinya dihukum daripada melakukan perbuatan yang diharapkan kepadanya.
- Anak cenderung melampiaskan kekesalannya pada hukuman tersebut dengan memukul anak lain.
- Menimbulkan dampak psikologis jangka panjang, di mana rasa marah, sakit hati dan jengkel akan dipendam selamanya oleh si anak.
- Akan terbentuk rasa ketidakberdayaan (sense of helplesness)
- Anak tidak akan belajar apapun dari hukuman badan.
Baik reward maupun hukuman, janganlah asal-asal diberikan, melainkan harus mampu membangun / mengukuhkan konsep diri di individu. Waktu
diberikannya reward atau hukuman pun harus langsung pada saat perilaku
yang diinginkan / tidak diinginkan itu terjadi. Jangan menundanya
terlalu lama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar