Mencatat sambil mendengarkan
dapat membantu untuk lebih mudah dalam mengingat. Hal ini lebih efektif
dibandingkan membuat pikiran berjalan entah kemana. Menurut sebuah penelitian
yang diterbitkan dalam jurnal Applied Cognitive Psychology dikutip dari Science
Daily (5/3/09), ketika seseorang mencatat sambil mendengarkan apa yang ia
dengar, memiliki 29% lebih tinggi dalam proses mengingat dibandingkan mereka
yang tidak melakukan pencatatan.
Menurut Professor Jackie
Andrade, Ph.D., University of Plymouth mengatakan, jika seseorang melakukan
tugas yang membosankan, seperti mendengarkan percakapan yang membosankan,
mereka mungkin mulai untuk melamun.
Melamun mengalihkan perhatian
mereka dari tugas sebenarnya, sehingga menghasilkan kinerja yang lebih buruk.
Sebuah tugas sederhana, seperti mencoret-coret atau mencatat apa yang
didengarkan, mungkin cukup untuk menghentikan melamun tanpa mempengaruhi
kinerja pada tugas utama.
Studi ini menunjukkan bahwa
dalam mencoret-coret atau mencatat kehidupan sehari-hari, dapat membantu
menjaga kita tetap pada jalur yang sesuai, terhindar dari kebosanan dan
lamunan.
Ternyata, mengingat tidak akan
efektif bila dilakukan dalam kelompok belajar. Metode individual akan
memaksimalkan potensi dalam proses mengingat. Supama Rajaram, psikolog Stony Brook University, New York, AS,
menjelaskan bahwa seseorang akan lebih mudah dalam mengingat sebuah fakta bila
dilakukan sendiri dari pada dalam sebuah kelompok belajar.
Rajaram menjelaskan bahwa
setiap anggota kelompok tidak dapat mengingat dengan maksimal bila dibandingkan
dengan seseorang yang memilih untuk belajar sendiri. Seseorang yang masuk dalam
anggota kelompok dianggap gagal menggunakan potensi memori mereka.
Ia menambahkan, bila dalam
sebuah kelompok kecil mampu merubah bentuk ingatan, seseorang akan dapat
bertahan dengan perspektif dan pandangannya. Ini akan menjadi awal dari sejarah
dan identitas kolektif muncul.
Salah satu sebab lain, adanya
gangguan ingatan dari anggota kelompok lain yang dapat mempengaruhi proses
ingatan seseorang.
Ini bisa saja terjadi
mengingat setiap individu mempunyai metode yang berbeda dalam menangkap
informasi dan membentuknya ke dalam ingatan. Dimungkinkan antara metode satu
dan lainnya dapat saling mengganggu.
Sebagai manusia, kita
menghabiskan sekitar sepertiga dari hidup untuk tidur. Jadi harus ada titik
untuk itu, kan? Para ilmuwan telah menemukan bahwa tidur membantu
mengkoordinasikan memori dan memperbaikinya, sehingga kita dapat me-recall atau
mengingatnya nanti.
Sekarang, penelitian baru
menunjukkan bahwa tidur juga dapat menghasilkan ide-ide baru dan kreatif. Ini
terjadi melalui pemilihan ingatan yang terjadi secara emosional dari koordinasi
memori otak ketika tidur.
Jessica D. Payne dari
Universitas Notre Dame dan Elizabeth A. Kensinger dari Boston College
mengatakan, tidur akan mengkoordinasikan sebuah memori yang kuat. Hal ini juga
terkait dengan reorganisasi dan restrukturisasi memori otak.
Individu cenderung untuk
menangkap kondisi atau kejadian yang paling menarik dari segi emosional. Sebagai
contoh, jika individu ditunjukkan adegan dengan objek emosional, seperti mobil
rusak, uang hilang, anjing mati dan lain-lain. Mereka lebih cenderung mengingat
obyek emosional itu dari pada, pohon-pohon palem di belakang rumah. Dalam
penelitian ini menemukan bahwa daerah otak yang terlibat dengan emosi dan
memori menjadi aktif.
Banyak kesalahpahaman yang
mendalam bahwa ketika tidur otak tidak melakukan apa-apa. Otak tetaplah sibuk.
Bukan hanya mengkoordinasikan kenangan, namun juga memilih informasi yang
paling menonjol untuk masuk dalam memori. Ini memungkinkan seseorang untuk
mendapatkan ide-ide baru dan kreatif.
Jadi, berikan kesempatan diri
anda tidur delapan jam setiap malam. Orang yang mengatakan, mereka akan tidur
ketika mereka mati, akan mengorbankan kemampuan mereka untuk memiliki pikiran
yang baik. Kita mungkin bisa melakukan kegiatan walaupun kurang tidur, tetapi
memiliki efek mendalam pada kemampuan kognitif kita nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar